Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 10 Februari 2010

Fahri Hamzah: OMONGAN RUHUT TAK PERLU DIDENGARKAN

Bagi para politisi dan para penggemar berita-berita politik, khususnya yang merasa selalu sebal bin eneg menyaksikan sikap Ruhut yang sering over acting dalam tindakan dan ucapannya, mungkin perlu memperhatikan judul dari tulisan ini.
Judul tulisan tsb saya kutip dari pernyataan Wakil Sekjen DPP PKS Fahri Hamzah yang menilai Ruhut tidak layak didengar dan dipercaya omongannya. Dalam kalimat yang lebih tegas politisi muda PKS ini menyatakan agar “apapun omongan Ruhut tak perlu didengarkan” (detik.com:2/2/10).
Mengapa Fahri Hamzah memberi pernyataan seperti itu terhadap Ruhut ? Sebabnya adalah Ruhut Sitompul mengatakan bahwa Sekjen PKS Anis Matta agar mengaca (bercermin) karena dianggap mengkampanyekan pemakzulan SBY.
Menurut Ruhut, Anis seharusnya tahu PKS telah mendapat jatah menteri dengan masuk koalisi partai pendukung SBY. "Tidak ada pemakzulan. Anis Matta ngaca lu! Kurang apa, PKS 4 menteri kita kasih." Demikian kata Ruhut dengan gaya omongan sepertinya dialah yang menjadi presiden.
Ucapan Ruhut ini mendapat reaksi keras dari Fahri Hamzah. Menurut anggota Pansus Century ini, PKS maupun Anis tidak pernah membicarakan soal pemakzulan SBY. Wacana pemakzulan muncul justru karena SBY sendiri yang mengungkapkan isu tersebut karena kekhawatirannya.
Fahri menilai Ruhut tidak pernah baca bahan, dan ngomong dengan pikirannya sendiri. “Kalau Ruhut bilang, Pak Anis suruh ngaca, tanya sama Ruhut, kuncir sama antingnya harganya berapa? Jangan tanya sama otaknya," kata Fahri dengan nada berang di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/2/2010).
Labih jauh Fahri menyatakan bahwa tanggapan Ruhut salah dan tidak berdasar. Karena itu Fahri meminta agar APAPUN OMONGAN RUHUT TAK PERLU DIDENGARKAN.
Mungkin semua pihak yang merasa sebal dengan ulah Ruhut yang sering over acting dalam tindakan dan acapan ini akan bersetuju dengan pernyataan Fahri yang terakhir tsb.
Yang menjadi pernyatan adalah kalau Fahri Hamzah begitu emosi dalam menanggapi omongan Ruhut, berarti dia “telah mendengarkan” omongan Ruhut. Padahal dia mengusulkan agar omongan Ruhut jangan didengarkan.

Bookmark and Share

Tidak ada komentar: