Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 10 Februari 2010

CATATAN MUCHTAR PAKPAHAN "Siapa Adnan Buyung Nasution?"

Laporan: Taufik Damas
Pagi hari Selasa 9 Februari 2010, saya mendengar pernyataan anggota DPR RI yang terhormat Ruhut Sitompul, "Adnan Buyung tidak usah didengar. Mentang-mentang tidak jadi Watimpres lagi, dia ngoceh kayak cucakrowo. Adnan bukan ahli tatanegara karena waktu dia ambil gelar doktor adalah bentuk pelarian dari Ketua Dewan Pembina Demokrat Soeharto ehh, pembina Golkar. Jadi tidak usah didengar".

Saya Muchtar Pakpahan secara spontan terpanggil menjelaskan siapa Adnan Buyung Nasution (ABN). Pertama, ABN adalah pejuang Hak Asasi Manusia (HAM). Ketika orang takut menyatakan yang benar, terutama untuk membela korban-korban HAM dari kezaliman dan kediktatoran Soeharto, ABN dengan berbagai resiko maju membela dengan mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) bersama kawan-kawannya.

Jutaan orang yang dizalimi oleh Orde Baru merasakan sejuknya kehadiran ABN Cs dan kehadiran YLBHI. ABN adalah sinar bagi kegelapan hati nurani selama Orde Baru. Setiap orang yang merasakan gelapnya pemerintah Orde Baru akan merasakan secercah terang bila datang ke YLBHI. Sebutlah tanah orang dirampas demi pembangunan; aktivis yang menyatakan pikirannya yang berbeda dengan Orde Baru; akan mengalami kezaliman, dibunuh, dianiaya, dan dipenjarakan. Buruh yang di-PHK dengan mudah tanpa alasan dan kasus hukum lainnya.

Ketiga, waktu saya jadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), YLBHI menjadi pembela Komando Jihad, pembela orang yang dituduh komunis, dan pembela petani dan buruh. Saya mengagumi panggilan itu, kemudian saya menjadi aktivis, bergabung dalam LSM, menjadi Ketua Umum Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), menjadi Doktor Ilmu Hukum Tatanegara. ABN adalah guru dan panutan saya. Tentu, sebagai manusia pasti ada kelemahannya.

Tentang keahlian. Bila seseorang telah berhasil mempertahankan hasil penelitian pada promosi doktor di sebuah universitas, berarti yang bersangkutan adalah peneliti mandiri dan ahli di bidang ilmu yang digeluti untuk menjadi doktor. Tentang komitmen, ABN belum pernah lari dari komitmen. Yang pernah diperdebatkan tentang ABN adalah ketika dia menjadi penasehat hukum BJ Habibie dan ikut membela tersangka penembak Trisakti. Selama dia jadi Watimpres SBY, ABN menjadi saluran menyampaikan aspirasi ke dalam. Kenyataan di pihak lain, Soeharto adalah pelaku kejahatan HAM.

Walau tidak jelas, sepertinya Ruhut mau menyatakan bahwa ABN adalah penjahat, maka ia lari ke Belanda dan tindakan Soeharto berada dalam koridor yang benar. Selain itu Partai Demokrat termasuk Presiden SBY selalu menyampaikan politik etis dan menyampaikan pendapat dengan santun. Dan, Ketua Fraksi Demokrat menyatakan bahwa cara Ruhut Sitompul berpendapat masih dalam etika dan kesantunan Demokrat. Saya bertanya dalam hati. Siapa mau berkomentar? [fik]

Bookmark and Share

Tidak ada komentar: