Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 10 Februari 2010

Pikiran Ruhut Sering Tidak Fokus Kepada Persoalan

Judul tulisan ini saya buat setelah melakukan pengamatan terhadap penampilan Ruhut Sitompul di layar TV sejak dia terpilih sebagai anggota DPR. Pengamatan tsb terutama, saya titik beratkan pada penampilan fisik, cara bicara, gaya bahasa, cara berdebat, dan isi pembicaraan.
Pikiran Ruhut yang tidak fokus kepada persoalan yang sedang menghangat sering mengakibatkan persoalan yang ditanggapi oleh Ruhut bukan saja menjadi tidak selesai, lebih dari itu justru menyebabkan persoalan menjadi lebih kusut dan membuat citra dirinya serta Partai Demokrat menjadi negatif. Terutama saat dia mengucapkan kata bangsat kepada Prof.Gayus Lumbuun.
Untuk membahas masalah ini marilah kita cermati masalah yang belum lama terjadi ketika mantan anggota Wantimpres, Adnan Buyung Nasution, mengemukakan wacana di media massa agar SBY bersikap jantan dalam masalah Century. Dalam sistem presidensial, presiden harus bertanggung jawab atas tindakan menterinya. Pansus, menurut Buyung harus berani memanggil Presiden SBY.
"Presiden harus jantan mengatakan saya yang bertanggung jawab. Saya ingin SBY menunjukkan sikap jantan sebagai presiden, apalagi kabinet kita sebagai presidensial. Kalau tidak jantan, tentu jangan menjadi leader," demikian kata pengacara senior itu. (vivanews.com:8/2-2010)
Sebelum membahas tanggapan Ruhut yang tidak focus kepada persoalan, marilah kita simak dulu tanggapan dari kader Demokrat lainnya dan juga Akbar Tanjung. Kader Demokrat menanggapi Pernyataan Buyung tsb dengan mengatakan bahwa saat ini tidak ada celah bagi Pansus untuk memanggil Presiden.
Di lain pihak Akbar Tanjung seperti diberitakan dalam running text di TV One dan Metro TV mengatakan bahwa pemanggilan presiden belum perlu.
Terlepas dari benar atau tidaknya bantahan terhadap pernyataan Buyung tsb, tentu kita bisa menilai bahwa tanggapan tsb sangat relevan dan sangat focus terhadap masalah yang menjadi perdebatan tsb.
Sekarang marilah kita mencermati dan menilai tanggapan Ruhut terhadap pernyatan Buyung tsb. Ruhut mengawali tanggapannya dengan mengatakan sbb:
"Jangan bawa-bawa Adnan Buyung, aku malu. Kenapa, karena terlepas dari ilmu Tata Negara yang dipelajarinya di Belanda, itu gelarnya tidak bersih," kata Ruhut Sitompul di Gedung DPR.
Ruhut melanjutkan tanggapannya dengan mengatakan, Buyung harus tahu diri. "Jangan mentang-mentang gak jadi wantimpres lagi, seperti sakit hati, ngomong dimana-mana seperti burung 'cucak rawa' saja, Buyung Nasution tidak usah didengar, jangan didengar, pesan dari Ruhut yang menyampaikan," tuturnya.
Dari tanggapan Ruhut tsb tampak jelas sekali kalau tanggapan Ruhut sangat tidak focus kepada persoalan. Di dalam tanggapan tsb bukan saja tidak mengandung sanggahan atau argument yang intelek terhadap pernyataan Buyung, lebih dari itu cukup banyak kalimat yang sangat tidak focus kepada persoalan dan celakanya lagi mendatangkan rasa tidak simpati kepada dirinya sendiri.
Tanggapan Ruhut yang tidak focus kepada persoalan dan terkesan tidak intelek tsb sudah tercermin pada awal sampai akhir tanggapannya. Kalimat-kalimat yang tidak focus kepada persoalan dan tidak intelek tsb di antaranya adalah: 1.Jangan bawa-bawa Adnan, aku malu. 2.Gelarnya itu tidak bersih. 3.Jangan mentang-mentang gak jadi wantimpres lagi, seperti sakit hati. 4.Ngomong di mana-mana seperti burung Cucak Rawa. 5.Buyung tidak tahu diri. 6.Buyung Nasution jangan didengar, pesan dari Ruhut.
Tampak jelas sekali kalau kalimat yang diucapkan Ruhut tsb TIDAK ADA yang mengandung argument untuk mematahkan pernyataan Buyung secara intelek. Lebih dari itu selain terkesan asal bunyi, isi pernyataan dan gaya bahasanya pun terkesan seperti orang dengan kepribadian superior.
Pembawa acara di televisi pun sering tidak waspada ketika di dalam wawancara, Ruhut sering memberi jawaban yang tidak focus kepada hal yang ditanyakan atau sedang menjadi perdebatan.
Jika anda memperhatikan penampilan Ruhut di dalam wawancara atau perdebatan di TV, maka tentu anda akan dapat dengan mudah menyaksikan sikap Ruhut yang sering tidak fokus kepada masalah. Gejala-gejalanya dapat dicermati dari kalimat tertentu yang sering diucapkan tapi kurang / tidak relevan dengan masalah, misalnya:
1.Mendebat lawan bicara tidak pada persoalan, tapi mengucapkan kalimat yang mengejek lawan bicara.
2.Kadang-kadang memuji diri sendiri. Salah satu contohnya adalah dengan mengucapkan: “Aku ini pakar hukum.”
3.Sering memuji-muji atau membawa-bawa nama SBY,padahal hal tsb tidak relevan dengan masalah yang sedang dibicarakan. Misalnya dengan mengucapkan kalimat: “Founding father kami, Bapak SBY telah berpesan agar menjadikan hukum sebagai panglima.” Contoh kalimat lainnya adalah: “Bapak SBY telah dipilih oleh rakyat dan menang satu putaran.
4.Sering menyatakan hal-hal yang terkait dengan kemenangan pilpres tahun 2009 yang lalu tapi kurang / tidak relevan dengan masalah yang sedang diperdebatkan.
5.Sering menganggap kritik terhadap SBY sebagai ungkapan sakit hati dari pihak yang kalah dalam pilpres yang sudah berlalu dan dilupakan orang.
Kalau anda termasuk orang yang cermat dan kritis dalam mengikuti perkembangan politik di negeri ini, tentu anda akan dapat melihat lebih banyak lagi sikap Ruhut yang pikirannya sering tidak focus di dalam menanggapi persoalan.
Bagaimanakah sikap yang sebaiknya dilakukan didalam menanggapi omongan Ruhut ? Wasekjen PKS, Fahri Hamzah pernah mengatakan: “Apapun omongan Ruhut, tidak perlu didengar.” Adnan Buyung, ketika diminta menanggapi omongan Ruhut di Metro TV, mengatakan: “Saya tidak mau menanggapi omongan pemain sinetron.”
Rasa-rasanya SBY dan Para pentolan Partai Demokrat perlu berpikir ulang mengenai untung ruginya keberadaan kader partai seperti Ruhut ini. Dalam kondisi seperti itu untuk meningkatkan citra dirinya sendiri saja Ruhut sulit diharapkan, apalagi untuk meningkatkan citra partai ( ? )
Salam sukses

Bookmark and Share

Tidak ada komentar: